ELPIDIUS VAN DUIJNHOVEN: “SEBUTIR GARAM” DARI ERP DI TANAH SIMALUNGUN
Sebuah nama adalah sebuah cerita. Buku ini tentang sebuah nama, Pastor Elpidius van Duijnhoven OFMCap, yang menjadi sebuah narasi iman yang “mengharu biru”, dialami, dihayati, tersebar luas di kalangan umat maupun masyarakat Simalungun Atas, Keuskupan Agung Medan. Elpidius van Duijnhoven lahir pada 7 Oktober 1906 di Erp, Belanda. Ditahbiskan sebagai imam kapusin pada 11 Maret 1933 pada usia 27 tahun. Berdasarkan berita di Koran Algemeen Handelsblad, Rabu 17 Januari 1934, Elpidius menaiki kapal “Johan de” dari Amsterdam dengan rute tujuan Batavia (Jakarta sekarang). Pada 16 Februari 1934 Elpidius tiba di Belawan, Sumatera Utara dan selanjutnya memulai titik misinya di Pematangsiantar, Simalungun
Oppung Dolok merintis kehadiran Katolik di Simalungun Atas. Tidak hanya itu, Oppung Dolok adalah sang pengembara yang tidak mau diam. Naluri misionaris membawanya mengembara jauh menginjakkan kaki sampai ke Kabanjahe di Kabupaten Karo hingga Lau Bekung, Aceh Tenggara. Inilah daerah kelahiran Uskup Agung Emeritus, Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara, OFMCap. Jerih payahnya kelak melahirkan seorang Uskup Agung, yakni Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara, OFMCap.
Oppung Dolok pernah dicobai para dukun, diusir, bahkan dipenjarakan tentara Jepang, namun jejak pewartaannya tertancap dalam dan terbukti sangat hidup sampai sekarang di Tanoh Simalungun. Didasarkan pada keyakinan kukuh akan karya keselamatan Allah dan kehidupan yang kekal, ia dengan sabar berjalan kaki, bersepeda, terakhir dengan sepeda motor menelusuri dolok-dolok (daerah perbukitan) Simalungun, menemui umat di ladang dan di pasar, sering hadir di acara adat, menjadi penyuluh pertanian dan mantri kesehatan (dengan obat spesial norit atau bikarbonat untuk segala jenis penyakit), pendamai bagi yang bertikai, hingga tukang pos (post man). “Ia adalah rasul yang komplit”, ungkap Dr. Cosmas Batubara, yang pernah menjadi anak didiknya.
Kasih dan Pelayanan Oppung Dolok tak memudar hingga usia uzur. Ia pernah berdarah-darah dalam suatu perjalanan. Bersama Jertus Purba asistennya, di tengah-tengah Danau Toba, Oppung Dolok dihantam hujan deras dan terombang-ambing diterpa ombak. Saat itu mereka naik perahu kecil tanpa mesin (solu) dari Stasi Salbe menuju Haranggaol. Selama 59 tahun merasul di Simalungun Atas, di bawah lindungan topi khasnya, tungkot, dan jubah coklat, dia sungguh mati mencintai umatnya. Dibangunkan dini hari pun ia selalu siap. Oppung Dolok dikenal naburjuan (sangat baik) dan naramahan (sangat ramah). Baginya semua umat adalah saudara. Ia memakamkan umat non-katolik. Ia memberikan kamar/tempat tidurnya di pastoran kepada Tiomina, seorang ibu tua yang sakit kulit. Ia akrab dengan orang yang mengalami gangguan jiwa. Ia meminjam uang ke mana-mana untuk diberikan kepada orang yang susah dari segi keungan. Ia menyelamatkan Pegang Saragih dari eksekusi. Ia dirindukan narapidana dan menenangkan warga dari begu ganjang (sejenis isu santet). Ia menghalau “penghambat jalan” dengan rosario. “Dia bukan pastor seremonial”, ungkap almarhum Daniel Haloho dan rekannya Petrus Datubara, ayahanda Mgr. A.G. Pius Datubara, yang pernah mewarta bersama Oppung Dolok di Lau Desky, Aceh Tenggara.
Oppung Dolok diekspresikan oleh umat di Simalungun Atas sebagai titisan Tuhan dari Erp. Pada 21 April 2013 yang lalu, jubah lapuknya membuat umat histeria. “Oppung Dolok seorang kudus”. Ungkapan-ungkapan pribadi umat, rohaniwan-rohaniwati, para saudara kapusin (OFMCap-Medan) mengamini hal ini. Pastor Marianus Manullang, OFMCap meringkasnya dalam kalimat, "Saya pribadi tidak ragu menyatakan, dia Orang Kudus”. Dan Pastor Thomas Saragih, OFMCap mengatakan, “Figur karismatis itu kadang bertindak di luar batas”.
Selanjutnya kita simak ungkapan sarat makna dari Pastor Guido Situmorang OFMCap. “Oppung Dolok yang saya sayangi dan hormati, menentukan Oppung sebagai orang kudus atau tidak, bukan hak dan urusanku. Namun bagiku kemissionarisanmu amat mengesankan; bersahaja, giat, berbelas kasih. Oppung mengalahkan segala peraturan demi menjalankan kasih, dan memperhatikan orang lemah di jantung kerasulan. Sebelum Oppung meninggal, sering kukatakan kepada teman-teman. “Oppung ini harus dilestarikan; jenazahnya dikacakan agar tetap dapat dilihat.” Ini bukan dalam arti harafiah ya Oppung!
Oppung Dolok adalah sosok yang gembira, saat sulit untuk bergembira; ia sabar, saat sulit untuk bersabar; ia terus maju, saat ingin berhenti; ia diam, saat ingin berbicara; ia ramah saat mau marah. “Oppung on, jolma nabujur tumang do. Patut do bana maringanan i surga.” (Oppung ini manusia yang sangat baik dan dia amat pantas sedang berada di Surga). Demikian kata Tiolina bersuamikan Jahira Saragih Simarmata, warga Saribudolok. Hal senada juga dikatakan Boruleham Purba, “Oppung Dolok on bujur tumang. Tongon ma bana bapa namangarusi haporluan ni partonduion ni niombah ni.” Artinya, ”Oppung Dolok ini sangat baik dan budiman. Dia adalah bapak yang memahami keperluan rohani anak-anaknya.” Simon Saragih, wartawan senior Kompas yang bertahun-tahun “bermeditasi” mengumpulkan narasi iman untuk menulis buku istimewa ini meringkasnya demikian, “Oppung Dolok adalah personifikasi Tuhan itu sendiri”.
Elpidius van Duijnhoven, adalah sebuah nama, sebuah narasi iman yang tetap hidup dan menyebar hingga detik ini di tengah-tengah umat dan masyarakat Simalungun. Elpidius van Duijnhoven adalah “sebutir garam” dari Erp di Tanah Simalungun. Terimakasih Tuhan, Engkau telah menganugerahkan “sebutir garam” dari Erp di Tanah Simalungun. Oppung Dolok adalah “sebutir garam” yang diletakkan tangan Tuhan untuk menggarami Tanah Simalungun dengan Sabda Kehidupan. Semoga gerakan-gerakan pelestarian spiritual Oppung Dolok yang ternyata masih tetap berjalan membawa buah lahiriah dan rohaniah bagi siapa saja, juga yang membaca buku istimewa ini.
(Jasa Filemon Sitio,Jakarta)
Judul : Elpidius van Duijnhoven, Rasul dari Simalungun Atas: Sungguh Mati Dia Mencintai Umatnya
Penulis : Simon Saragih, MBA
Penerbit : Bina Media Perintis Medan, 2014
Tebal : 480 halaman
Harga : Rp. 100.000,- (Termasuk ongkos kirim ke semua daerah)
PEMESANAN BUKU:
Dapat menghubungi Sdr. Albertus Gregory Tan, Koordinator PPGK dengan format:NAMA_ALAMAT_JUMLAH BUKU_BANK
ke:
No HP: 0821-6531-7480
BBM: 2A1C58D7
Whatsapp: 0821- 6531- 7480
Contoh: Albertus Gregory Tan_Jl. Seribudolok No. 50, Simalungun, Sumatera Utara 11111_10 BUKU_BCA 500.000,-
PEMBAYARAN:
BANK BCA: 3911- 31- 4990 a/n Albertus Nirwanto TBANK Mandiri: 119- 0004275- 184 a/n Albertus Nirwanto T
dengan menulis BERITA: BUKU OPUNG DOLOK
HASIL PENJUALAN BUKU INI AKAN DIDEDIKASIKAN UNTUK KARYA MISI GEREJA KATOLIK DI TANAH SIMALUNGUN, PAROKI ST. FRANSISKUS ASSISI, SERIBUDOLOK, KEUSKUPAN AGUNG MEDAN. MOHON PARTISIPASI KITA SEMUA!
0 comments:
Poskan Komentar